Rabu, 12 Oktober 2016

Teknik Arsiran Menggunakan Krayon


Saat melihat gambar di atas, saya teringat pertama kali membina murid mengikuti lomba melukis se-kecamatan pada tahun 2012. Alhamdulillah, tanpa disangka karyanya mendapatkan apresiasi juara ke-2. Saat itu pula menjadi momen penting saya untuk terus mengasah bakat dan selalu mencoba hal baru.  Akhirnya muncul ide untuk membentuk suatu kelompok belajar melukis untuk murid-murid di tempat saya bekerja.


Kelompok belajar tersebut didirikan untuk mengasah dan membimbing murid dalam melukis. Tidak ada sisi ekonomis dari kelompok belajar ini, tapi sebagai pembimbing  medorong saya untuk terus belajar dan belajar terus dalam bidang ini. Ketika murid saya mendapat juara, akan menjadi suatu kebanggan dan kegembiraan sendiri buat saya.

Belajar melukis itu mudah asal ada kemaunan, tidak membutuhkan bakat asal mau berlatih dan berusaha.  Sebelum anda menggambar atu mewarnai, ada baiknya mengenal teknik arsiran menggunakan media krayopn. Berikut adalah tekhnik arsiran dengan krayon:
1.       Teknik Putar
Teknik ini dilakukan dengan cara memutar-mutarkan crayon secara berulang-ulang pada kertas sehingga kertas terwarnai oleh crayon.
Kelebihan : Hasil lebih rata (maximal)
Kekurangan : Proses pengerjaan lebih lama. Aplikasi pewarnaan pada bentuk gambar cenderung sama prosesnya.

2.       Teknik Menggores
Teknik ini dilakukan dengan cara mengoreskan (garis lurus) secara berulang-ulang sehingga kertas terwarna oleh crayon.
Kelebihan : Hasil kurang rata (tidak maksimal)
Kekurangan : Proses pengerjaan lebih cepat. Aplikasi pewarnaan pada bentuk gambar sebaiknya menyesuaikan bentuk bidang.
Anda bisa menggunakan krayon minimal dengan isi 32 warna untuk mendapatkan gradasi warna yang bagus. Coba anda praktekkan teknik tersebut berulang-ulang agar tangan terbiasa. Aplikasi pewarnaan gradasi dengan cara mewarnakan warna yang lebih tua di dahulukan baru di tindih/campur dengan warna yang lebih muda.

Silahkan tulis komentar kritik n saran untuk lebih menyempurnakan blog ini. terima kasih.
Berikut adalah video Teknik Arsiran Menggunakan Krayon

Selasa, 11 Oktober 2016

Gaya Belajar Kinestetik



Adi adalah salah satu anak didik saya,  Anak itu tidak bisa duduk diam di kursi. Saat diminta duduk di kursinya, ada saja kegiatan yang dia lakukan seperti memainkan pena atau menghentakkan kakinya. Seringkali kita menyebutnya seorang ank yang hiperaktif.

Dari kejadian di atas dapat kita ambil kesimpulan anak tersebut memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik. Sekalipun gaya belajar ini sering bercampur dengan variasi gaya belajar lainnya, namun intinya pelajar harus terhubung dengan kenyataan, entah melalui pengalaman, pemberian contoh, praktek, ataupun simulasi. Sekalipun informasi tersaji secara visual, auditori, atau tulisan, namun pengalaman itu sendiri tergolong kinestetik karena merupakan sesuatu yang dialami secara langsung oleh anak.

Ketika mengajar anak yang mempunyai kecenderungan gaya belajar kinestetik, maka anda perlu menyediakan benda kongkret sehingga mereka bisa menyentuh, menganalisa, serta mengeksploitasi. Apabila merasa kesulitan untuk menyediakan benda konkret, dapat dilakukan dengan membuat permainan-permainan yang membuat anak bergerak.

Ciri-ciri pembelajar kinestetik dalam menerima atau mengolah informasi yang saya kutip dari buku “3 menit membuat anak keranjingan belajar”.
1.       Penggunaan semua inderanya (melihat, menyentuh, membau, mendengarkan, dan merasa).
2.       Belajar akan lebih efektif dengan melakukan studi kunjungan ke lapangan. Mudah mengingat hal-hal yang dilakukan dan sulit mengingat informasi dalam bentuk tulisan.
3.       Belajar dengan menggunakan contoh-contoh nyata, palikasi sehari-hari, pengalaman langsung.

Apakah ada murid atau anak Anda mempunyai gaya belajar kinestetik?

Gaya Belajar Read/Write



Pagi itu seorang siswa dibuat menangis oleh teman-temannya karena ketahuan menyontek dengan membawa catatan kecil. Siswa tersebut mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Sang guru memanggilnya ke kantor guru untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.  Guru pun bertanya kepada dia apakah memang benar menyontek setiap ulangan diadakan. Teman-temannya berkata dia memiliki buku contekan khusus yang selalu dia bawa. Ternyata siswa itupun bicara tentang buku catatn yang selalu dia bawa berisi rangkuman materi semua mata pelajaran.  Dia merasa lebih cepat belajar saat membaca rangkuman yang dia buat.

Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan anak tersebut memiliki gaya belajar read/write yaitu lebih mudah menyerap informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan. Cara belajar yang terbaik untuk gaya belajar tersebut menurut buku “3 menit membuat anak keranjingan belajar” sebagai berikut:
1.       Mengulang dan mengingat kembali isi catatan dengan cara menuliskan berkali-kali.
2.       Membaca catatan dalam hati berkali-kali.
3.       Menuliskan ulang inti catatan dengan kata-kata sendiri.
4.       Menuliskan diagram/bagan/gambar ke dalam kalimat.
5.       Catatn dituliskan dalam bentuk daftar/list, dan berupa poin-poin.

Apakah ada murid atau anak Anda mempunyai gaya belajar Read/Write?

Gaya Belajar Auditori



Saat saya melihat acara televisi di salah satu stasiun swasta yaitu Hafidz Indonesia. Saya begitu takjub mendengar seorang anak melantunkan ayat suci AL Qur’an, padahal anak itu tidak dapat melihat. Bagaimana bisa seorang anak kecil tidak bisa melihat dapat membaca? Itulah keajaiban Tuhan. Tuhan memberikan kelebihan pada setiap makhluknya.

Dari cerita di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang memiliki kemampuan belajar auditori atau pendengaran.  Pernahkah Anda mendengarka sebuah lagu walaupun tidak tahu tulisan liriknya, tetapi Anda bisa menghapal lagu tersebut. Tanpa disadari itu merupakan gaya belajar auditori. Pernah saya mencoba pengalaman belajar auditori yaitu dengan merekam suara saya saat membaca buku teks pelajaran, kemudian saya putar kembali secara berulang-ulang agar dapat menghapalnya.

Beberapa ciri khas pembelajaran auditori :
1.     Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
2.       Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/ radio
3.       Cenderung banyak omong
4.       Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
5.       Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
6.       Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
7.      Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya  anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll
Beberapa cara menerima atau mengolah informasi untuk pembelajar Auditori:
a.       Mengikuti ceramah atau perkuliahan
b.      Berdiskusi
c.       Menjelaskan ide kepada orang lain melalui penyampaian lisan
d.      Menggunakan perekam

Apakah ada murid atau anak Anda mempunyai gaya belajar Auditori?

Sabtu, 08 Oktober 2016

Gaya belajar Visual





Seorang anak bertanya kepada saya, tidak lain adalah adik belajar saya.
Anak      :“Kak, tumbuhan apa yang menyimpan cadangan makanan di batang?”.
 Saya      : “coba cari tumbuhan yang bisa dimakan atau dimanfaatkan batangnya”.
Anak      : (berfikir sebentar) “gak tau, kak”
Saya       : “tahu tumbuhan tebu?”
Anak      : “gk tau. kok bisa tebu, kak?”.
Saya       : “karena bagian yang bisa dimakan itu batangnya”
Anak      : “tebu itu seperti apa?”
Saya       : “Astaga. Aku kira sudah tau” dalam hati, “pernah beli es tebu?”
Anak      : “pernah, tapi tidak tahu pohonya, tebu kan biasanya buat gula”
Dari cerita di atas dapat disimpulkan, bahwa anak tersebut tahu tumbuhan tebu tapi tidak pernah melihatnya langsung. Mungkin dalam proses pembelajaran guru hanya menjelaskan gula terbuat dari tebu tapi tidak diperlihatkan gambar atau tumbuhan tebu itu sendiri. Disinilah peran gaya belajar visual dapat diterapkan dalam proses belajar anak.

Beberapa ciri khas pembelajara visual yang saya kutip dari buku 3 menit membuat anak keranjingan belajar.
1.       Lebih menyukai penyampaian informasi dan lebih mudah menangkap[ informasi melalui penggunaan gambar, melihat film, dan menggunakan poster.
2.       Buku teks yang disukai adalah buku teks yang banyak menggunakan gambar-gambar. Informasi yang dituliskan dengan warna-warna yang berbeda dan biasanya diberi tanda dengan stabile serta menggunakan symbol-simbol atau mind map, akan banyak membantunya untuk lebih mengolah dan mengingat informasi.
3.       Biasanya anak-anak dengan gaya belajar visual ini mempunyai imajinasi yang tinggi, suka melakukan corat coret atau menggambar pada saat mendengarkan penjelasan guru.
4.       Apabila anda sedang mengajar anak tipe visual, maka gunakanlah gambar atau corat coret kertas untuk membentuk konsep pemahaman belajar mereka atau dapat juga menggunakan metode Mid Mapping yang dipopulerkan oleh seorang pakar memory dari Inggris, Tony Buzan.

Apakah ada murid atau anak Anda mempunyai gaya belajar visual?